Mengenal Bahaya Difteri pada Anak dan Balita


Belakangan ini wabah difteri kembali muncul di Indonesia dan sudah banyak korban nyawa yang berjatuhan akibat terserang penyakit ini, khususnya dari kalangan anak-anak. Penyakit difteri merupakan penyakit yang sangat menular, akibat infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir di hidung dan tenggorokan. Kebanyakan yang terserang difteri adalah anak-anak dan balita, dengan jumlah sembilan puluh persen tidak mendapat vaksin difteri sebelum usia 1 tahun yang disebut vaksin DPT. Vaksin DPT tidak hanya bermanfaat untuk mencegah bahaya difteri pada anak, namun juga mencegah tetanus pada anak dan cara mengatasi batuk pada anak terutama batuk rejan.

Penyebab Difteri pada Anak
Penyakit difteri menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia, karena sangat berbahaya dan penularannya yang sangat cepat dapat membuat penyakit ini meluas dengan waktu yang singkat. Difteri merupakan salah satu penyakit yang muncul akibat bahaya bayi tidak diimunisasi, karena itu orang tua wajib memberikan imunisasi pada anaknya dan mengetahui jenis-jenis imunisasi dan manfaatnya demi kebaikan anak. Imunisasi menjadi cara meningkatkan kekebalan tubuh anak yang paling tepat sehingga anak terhindar dari penyakit berbahaya seperti difteri.
Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang penyebarannya sangat mudah dan cepat. Jika terdapat satu orang anak saja yang terkena difteri, maka dengan cepat akan menular ke anak yang lain dan menjadi wabah atau kejadian luar biasa di daerah tempat tinggal anak tersebut. Anak yang tidak mendapat vaksin difteri lebih rentan terkena difteri karena imunitas tubuhnya tidak cukup kuat untuk melawan bakteri yang masuk ke dalam tubuhnya. Cara penyebaran bakteri tersebut yang paling sering adalah percikan ludah penderita yang mengenai orang lain saat ia bersin atau batuk. Atau bisa juga melalui kontak langsung pada benda yang sudah terdapat bakteri penyebab difteri.

Gejala dan Bahaya Difteri pada Anak
Anak yang terserang difteri biasanya tidak langsung merasakan gejalanya, namun biasanya difteri menunjukkan beberapa gejala yang muncul di sekitar hidung dan tenggorokan, dan sering dianggap sebagai penyebab radang tenggorokan pada anak. Gejala difteri juga sering dianggap sebagai bronkitis akut dan kronis pada bayi dan anak karena menunjukkan gejala batuk dan sesak napas. Jika difteri terlambat ditangani anak dapat meninggal dunia akibat sesak napas dan menyebarnya racun di dalam darah. Beberapa gejala difteri yang paling sering muncul yaitu:
  • Pilek yang cukup parah dan lendir yang keluar dari hidung bisa bercampur dengan darah.
  • Anak mengalami kelelahan dan tubuh terasa sangat lemas.
  • Merasakan sakit di tenggorokan dan terkadang suara menjadi serak, yang juga merupakan bahaya anak kurang minum air putih.
  • Terbentuk lapisan abu-abu pada tenggorokan hingga menyelimuti amandel.
  • Anak mengalami demam dan menggigil.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
  • Anak bernapas dengan cepat dan sesak napas.
  • Muncul borok jika bakteri difteri menyerang kulit anak.
Pengobatan Difteri
Penyakit difteri harus segera diobati saat anak terdiagnosis agar penyakit tersebut dapat disembuhkan. Terlambat mendapat penanganan dapat menyebabkan nyawa anak terancam karena difteri dapat merenggut jiwa. Saat anak terkena difteri, ada beberapa pengobatan yang perlu dilakukan yaitu:
  1. Dokter akan memasukkan anak tersebut ke ruang isolasi agar difteri tidak menular ke orang lain.
  2. Setelah berada di ruang isolasi anak akan diberikan antibiotik selama dua minggu, dan bisa ditambah jika setelah dua minggu masih ditemukan bakteri difteri dalam tubuhnya.
  3. Pemberian antitoksin juga diperlukan karena bakteri difteri menghasilkan racun yang mengalir dalam pembuluh darah. Jika tidak dibersihkan racun tersebut dapat menyerang jantung dan ginjal sehingga menyebabkan penyakit komplikasi.
  4. Setelah dinyatakan sembuh, anak juga akan diberikan vaksin difteri untuk mencegah penyakit tersebut menyerang kembali.
  5. Kemungkinan dokter juga akan melakukan pengangkatan lapisan abu-abu di tenggorokan jika anak mengalami sesak napas. Jika terjadi borok maka borok harus dibersihkan dengan teliti menggunakan air dan sabun antiseptik.
Pencegahan Difteri
Cara melindungi anak dari difteri yang paling efektif adalah dengan memberikannya vaksin DPT saat imunisasi, untuk mencegah  difteri, pertusis atau batuk rejan dan tetanus. Pemberian vaksin dilakukan pada saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, satu setengah tahun dan lima tahun. Vaksin tersebut harus diberikan secara lengkap agar anak mendapat perlindungan yang optimal. Jika anak mendapat vaksin yang lengkap, maka seumur hidup anak akan terlindungi dari penyakit difteri yang mengancam nyawa anak.
Bahaya difteri pada anak memang sangat mengerikan dan kita sebagai orang tua harus bisa memberikan perlindungan terbaik bagi anak dengan mengikutsertakan anak dalam imunisasi. Imunisasi juga menjadi cara mencegah wabah difteri berkembang di Indonesia, dan jika semua orang tua sadar akan pentingnya imunisasi maka difteri dapat dimusnahkan.
Previous Post
Next Post

0 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung, Silahkan Tinggalkan Komentar

Popular Posts