HAJI SAMA SALEH dan seliwa JURUS TUJUH

foto Haji Sama Saleh


Silat, atau biasanya orang betawi menyebutnya dengan “pukul” asli betawi ini dipopulerkan oleh Almarhum Haji Sama’ bin Saleh. Putra asli bambularangan, sebuah kampung di kecamatan kalideres Jakarta barat. Konon kabarnya Haji Sama Saleh ini juga keturunan langsung dari pendiri kampung bambularangan. Beliau mewarisi aliran silat ini dari gurunya ki Muhatim yang berasal dari kampung Gondrong. Menurut cerita Almarhum Kepada saya sekitar tahun 2000 , Ki Saleh dan istrinya Khodijah, orang tua dari Haji Sama adalah orang terpandang yang juga jago pukul (ahli maen silat) pada zamannya, ketika ki saleh masih hidup, Haji Sama yang saat itu masih remaja bisa melakukan dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, tentunya karena orang sungkan terhadap kebesaran nama bapaknya.
“telunjuk gua laku, apa nyeng gua pengenin gua tinggal nunjuk”. Begitu kata Haji Sama waktu itu.
Petaka datang ketika sang ayah yang dibanggakannya meninggal dunia, Haji Sama merasa orang sudah tidak lagi “mandang” dia. Karena peristiwa itu Haji Sama mulai sadar jika dia ingin disegani orang, maka dia juga harus sehebat ayahnya. Maka dengan membayar dua pikul dongkrak gabah cere dan gabah ketan sebagai jaminan, dia mengajukan diri berguru kepada Ki Muhatim, suhu silat betawi jurus tujuh. Belajar pukul dilakukan dipelataran rumah Haji Jibi, sebuah rumah kebaya berundak dua yang menghadap utara, dihalamannya tumbuh sebatang pohon Maja. Haji Sama Saleh adalah murid yang “calakan” dan berani, sehingga dengan mudah ia menyerap jurus-jurus yang diajarkan sang guru.
Disamping belajar pukul Haji Sama Juga belajar “Elmu”. Diantaranya adalah Elmu Pelamuran, konon llmu dalem ini dimiliki juga oleh Mat Item, raja garong dari srengseng yang tewas ditembak pasukan dari batalion Kala Hitam atas petunjuk Ki Medo tokoh masyarakat setempat, di anak kali mookervart kampung Duri, setelah diburu selama tiga bulan. Satu lagi elmu yang dikuasai Haji Sama Saleh adalah elmu kebal aer keras. Ilmu ini didapatnya setelah puasa mutih selama tiga hari tiga malam, lalu merapal mantra: “hur gedong hur gedong ya malaekat alaena ya malaekat alaena bi alpaih” sebanyak tiga kali. Bahkan karena sudah sangat menguasai ilmu kebal aer keras ini, Haji Sama sering berkumur dengan air keras sebelum “ribut” dengan musuh-musuhnya.

Kehebatan pukul seliwa jurus tujuh pernah juga diceritakan Haji Sama ketika dia menerima tantangan lurah Kosambi untuk Bejaban. Sosok lurah ini menurut penuturan Haji Sama kepada saya, digambarkan dengan sangat dramatis.
“Kepelannya segede gayung, kalo kita ampe kepukul, kita bisa kaga kena nasi tiga ari” . begitu penuturan Haji Sama. Disamping itu Haji Sama juga menambahkan “ini lurah jago beksi, ukuran gedigan-nya genteng merosot, kalo kita mao nyepak kakinya sebelon nyampe ke tanah, kalo udah nempel ke tanah ibarat kita nyepak patok, kaga begerak!!”. Begitu kata Haji Sama.
Tapi kebesaran nama Lurah Kosambi bukanlah tandingan Haji Sama dengan seliwa jurus tujuhnya.
“cuman tiga jurus tuh lurah udah ngejungkel, kalo ampe liwat tiga jurus dia kaga jatoh gua jadiin guru tuh lurah” cerita Haji Sama waktu itu kepada saya.
Inilah nama-nama jurus seliwa jurus tujuh, namanya unik dan terkesan lucu, tapi sempat membuat gentar jago-jago silat dibagian barat betawi pada masanya:

1. Jurus NAMPAN DUIT, pecah empat, tubruk, puter, buka.
2. Jurus SOSOT, tubruk,puter, buka.
3. Jurus KETOK, pecah empat, tubruk, puter, buka.
Kembangan PERTAMA : Pukul, potong sikut, serog, rambet, pukul, ketok, longok monyet, kenyur, bukaan satu/setengah, tubruk maju.
Kembangan KEDUA : Tepok tangan, mbak-mbakan 4X, tepok kaki, pukul, tubruk maju, puter, buka.
4. Jurus GECEK, pecah empat, tubruk, puter, buka.
5. Jurus BERARAK MIRING, tubruk, puter, buka.
6. Jurus BERARAK RENDAH.
7. Jurus SEMBAT, pecah empat.

Kini sudah empat tahun Haji Sama Saleh meninggalkan dunia yang fana ini, tidak semua keahlian pukul betawi serta “elmu” yang dikuasainya sempat diwariskan kepada kerabatnya. Karena sampai wafatnya 2 Janurai 2006 di usia menjelang 70 tahun, Haji Sama tidak memiliki keturunan.
Kini Silat seliwa jurus tujuh sudah sedikit sekali yang masih menghapalnya, mungkin begitulah akhir dari perguruan silat yang ditinggal mati guru besarnya, lama-lama meredup dan dilupakan orang. Seperti juga seliwa Haji Husin Mairan, Cingkrig Ki Rian, dan seliwa Ki Kampleng yang sempat melegenda, bahkan beberapa perguruan silat betawi di bagian barat jakarta yang guru besarnya masih hidup-pun kini sudah kehilangan daya tariknya. Seperti perguruan Seliwa Mahmud PECI TINGGI di kampung Pinggirawa, atau Perguruan Seliwa Ki Logod di kampung Poncol. Disamping latihannya yang sangat berat sehingga jarang orang yang bisa sampai tamat, silat Betawi juga kini menghadapi tantangan budaya masa kini yang kian beragam.
Akhirnya kehebatan silat Seliwa Jurus Tujuh yang begitu mudah menumbangkan Lurah Kosambi, harus keok menghadapi gempuran zaman.

sumber : http://anakmandorbuang.blogspot.com/
Previous Post
Next Post

3 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Maaf Bang...ane mau tanya ; adakah informasi tentang Ki Kampleng
    Alamat tempat tinggal dan perguruan nya di masa lalu ?

    Terimakasih

    Wassalamu'alaikum

    ReplyDelete
  3. Sy juga ingin mengetahui tentang ki kampleng...terutama jamannya, atau tahun perjuangannya.
    Lebih-lebih tempat tinggalnya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, Silahkan Tinggalkan Komentar

Popular Posts