1. Lebih baik memerangi penjajahan
Kedatangan armada sekutu mendorong
dokter gigi Moestopo yang menjabat sebagai Ketua Badan Keamanan Rakyat?
(BKR) Jawa Timur mengirim pesan morse dari pantai Tanjung Perak kepada
pihak sekutu agar tidak mendaratkan pasukan.
Moestopo yang juga menteri pertahanan ad interim menegaskan dalam pesannya, jika sekutu berani mendaratkan pasukan harus menghadapi risiko perang.
Saat itu, banyak pertanyaan terhadap Moestopo apakah prajurit republik akan mampu menghadapi pasukan Sekutu lengkap dengan persenjataan mutakhir. Namun Moestopo dengan semangat membara berkata, "Daripada bangsa kita dijajah oleh bangsa asing, lebih baik kita memeranginya, bagaimana pun juga.
Moestopo yang juga menteri pertahanan ad interim menegaskan dalam pesannya, jika sekutu berani mendaratkan pasukan harus menghadapi risiko perang.
Saat itu, banyak pertanyaan terhadap Moestopo apakah prajurit republik akan mampu menghadapi pasukan Sekutu lengkap dengan persenjataan mutakhir. Namun Moestopo dengan semangat membara berkata, "Daripada bangsa kita dijajah oleh bangsa asing, lebih baik kita memeranginya, bagaimana pun juga.
2. Aksi Luwito dan Gontah
Pada akhir Oktober 1945, Sekutu
mendaratkan pasukan di Surabaya dan agresif melancarkan serangan kepada
pasukan republik. M Jasin bercerita pos polisi di Bubutan Surabaya
diduduki pasukan Sekutu. Semua anggota pasukan republik berhasil
dilucuti. Berita
itu mendorong M Jasin memerintahkan Luwito dan Gontah dilengkapi
senjata lapis baja untuk merebut kembali pos tersebut. Serangan yang
dilakukan pasukan Gontah berhasil memporak-porandakan tentara Sekutu
berjumlah 350 orang.
Kebanyakan pasukan Inggris adalah Gurka. Mereka memohon dikasihani setelah takluk di tangan pasukan Luwito dan Gontah.
Keberanian pasukan republik melawan Sekutu meskipun kekuatan persenjataan kalah adalah semangat yang terus dibangkitkan oleh Bung Tomo lewat siaran radio. Pidatonya yang berapi-api menyemangati pasukan.
Kebanyakan pasukan Inggris adalah Gurka. Mereka memohon dikasihani setelah takluk di tangan pasukan Luwito dan Gontah.
Keberanian pasukan republik melawan Sekutu meskipun kekuatan persenjataan kalah adalah semangat yang terus dibangkitkan oleh Bung Tomo lewat siaran radio. Pidatonya yang berapi-api menyemangati pasukan.
3. Perebutan Gudang Senjata Don Bosco
Para pemimpin militer Indonesia
menyadari kemampuan persenjataan para pejuang masih kalah jauh
dibandingkan tentara sekutu. Sebab, sebagian besar senjata yang dimiliki
hanya bambu runcing, klewang, celurit dan senjata tajam lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan senjata adalah dengan merebut persenjataan milik Jepang. Apalagi, mereka mengetahui balatentara Jepang memiliki gudang peluru terbesar se-Asia Tenggara di Don Bosco. Gudang ini dijaga Dai 10360 Butai Kaitsutiro Butai di bawah pimpinan Mayor Hazimoto dengan kekuatan 16 orang Jepang, 1 peleton pasukan heiho.
Keberadaan ini diketahui setelah 150 karyawan pribumi bekerja untuk menginventarisir persenjataan yang akan diserahkan kepada sekutu. Dari mereka, para tokoh mengetahui gudang tersebut bersifat strategis karena menyimpan banyak senjata dan peluru. Saat itu Jepang tidak mudah menyerahkan gudang senjata tersebut, M Jasin dan Bung Tomo memaksa petinggi Jepang menyerahkan gudang senjata itu. Akhirnya pihak Jepang bersedia meneken. M Jasin membawa keluar persetujuan penyerahan senjata itu kepada massa rakyat yang sudah berkumpul. Gema teriakan Merdeka! mengumandang. Sejak momen itu, kekuatan senjata pasukan republik bertambah dengan senjata modern
Jendral Inggris kedua yang juga tewas di tangan
'arek-arek Suroboyo' saat itu ialah? Brigjen Robert Guy Loder Symonds.
Dirinya merupakan Komandan Detasemen Artileri Pasukan Inggris di
Surabaya.Salah satu cara untuk mendapatkan senjata adalah dengan merebut persenjataan milik Jepang. Apalagi, mereka mengetahui balatentara Jepang memiliki gudang peluru terbesar se-Asia Tenggara di Don Bosco. Gudang ini dijaga Dai 10360 Butai Kaitsutiro Butai di bawah pimpinan Mayor Hazimoto dengan kekuatan 16 orang Jepang, 1 peleton pasukan heiho.
Keberadaan ini diketahui setelah 150 karyawan pribumi bekerja untuk menginventarisir persenjataan yang akan diserahkan kepada sekutu. Dari mereka, para tokoh mengetahui gudang tersebut bersifat strategis karena menyimpan banyak senjata dan peluru. Saat itu Jepang tidak mudah menyerahkan gudang senjata tersebut, M Jasin dan Bung Tomo memaksa petinggi Jepang menyerahkan gudang senjata itu. Akhirnya pihak Jepang bersedia meneken. M Jasin membawa keluar persetujuan penyerahan senjata itu kepada massa rakyat yang sudah berkumpul. Gema teriakan Merdeka! mengumandang. Sejak momen itu, kekuatan senjata pasukan republik bertambah dengan senjata modern
4. Aksi Goemoen
Tewasnya Jendral Inggris ini karena diberondong senjata anti pesawat udara yang diawaki oleh Goemoen, dari kesatuan BPRS (Barisan Pemberontak Rakjat Soerabaja). Morokrembangan yang dulunya ada sebuah lapangan terbang telah menjadi saksi kegigihan para pejuang Indonesia untuk menjatuhkan pesawat yang dinaiki Jendral Robert Loder-Symonds.
Jenderal Inggris yang tewas di Surabaya ini kini dimakamkan di di Commonwealth War Cemetary, Menteng Pulo, Jakarta. Guy Loder Symonds adalah jenderal Inggris kedua yang tewas setela Mallaby.
0 komentar:
Terima kasih sudah berkunjung, Silahkan Tinggalkan Komentar